Belajar dari Kasus Kapal Selam Titan, Tidak Boleh Ada Kesalahan Sekecil Apapun di Dalam Samudra
Terjadi musibah yang mengenaskan yaitu sebuah kapal selam Titan yang membawa lima orang turis dan awak kapal melakukan ekspedisi bawah laut, pada Minggu (18/6) waktu setempat. Kapal selam kecil (Submersible) itu hilang kontak setelah memulai penyelaman selama kurang lebih 1 jam dan 45 menit berada di dalam laut.
Faktor utama dari musibah mungkin antara lain karena tekanan air di kedalaman laut di sekitar lokasi tenggelamnya Kapal Titanic yang tekanannya setara dengan ditindih ratusan gajah. Di prediksi, akibat dari kuatnya tekanan dibawah laut memungkinkan Kapal meledak di dasar lautan sekitar tempat Kapal Titanic tenggelam.
Dengan temuan dari Tim SAR kemudian berupa puing-puing kapal di sekitar 200 meter dari bangkai kapal Titanic. Otoritas resmi menyatakan kapal selam tersebut meledak saat melakukan eksplorasi di bawah laut dan para penumpangnya dinyatakan meninggal pada saat kejadian.
Seorang peneliti laut dari Pusat Ketahanan Stockholm di University of Stockholm yaitu Robert Blasiak, menyatakan bahwa tekanan dalam laut di sekeliling bangkai kapal Titanic diperhitungkan 390 kali lebih besar daripada tekanan di permukaan laut.
Dikutip dari BBC, “Sebagai gambaran, kekuatan itu sekitar 200 kali tekanan di dalam ban mobil, itulah kenapa Anda membutuhkan kapal selam yang memiliki dinding yang sangat tebal,” kata Robert Blasiak.
kapal selam Titan dirancang dengan dinding serat karbon agar mampu memberikan ekplorasi ke dalam laut dengan maksimum kedalaman sedalam 4.000 m (sekitar 13.123 kaki).
Resikonya, dengan kedalaman yang sangat membutuhkan ketahanan dari kapal selam Titan tersebut, kerusakan sedikit saja akan berakibat fatal.
Dikutip dari The Guardian, “Jika ada yang salah, kemungkinan besar itu kesalahan besar, Potensinya adalah bahwa semua perangkat keselamatan dapat dihancurkan dalam proses tersebut.” kata Stefan Williams, seorang profesor robotika laut dari Sydney University.
Penulis: Aldi