Hadapi Risiko Siber, DNB Asia Kini Prioritaskan Keamanan Cloud

Studi terbaru yang dirilis oleh Akamai Technologies menunjukkan bahwa Digital Native Business (DNB) di Asia semakin memprioritaskan keamanan dalam memilih penyedia layanan cloud, menggeser fokus mereka dari biaya dan skalabilitas. Menurut hasil survei yang melibatkan lebih dari 200 pemimpin teknologi dari berbagai negara di Asia, seperti Australia, Asia Tenggara, India, dan Tiongkok, ada pergeseran yang signifikan dalam pendekatan DNB terhadap keamanan siber. Studi ini mencerminkan urgensi yang dihadapi bisnis-bisnis digital di Asia dalam mengelola kompleksitas teknologi yang semakin meningkat akibat percepatan adopsi cloud.

DNB merupakan perusahaan yang mengadopsi teknologi secara agresif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus berkembang dalam ekosistem digital. Teknologi menjadi elemen kunci bagi mereka untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, dengan adopsi teknologi yang pesat, muncul pula tantangan baru, salah satunya adalah risiko keamanan yang semakin besar. Sebanyak 87% DNB kini menilai bahwa keamanan lebih penting daripada kinerja, reputasi, skalabilitas, atau biaya ketika mereka memilih penyedia layanan cloud. Hal ini menunjukkan betapa krusialnya faktor keamanan dalam mendukung pertumbuhan berkelanjutan bagi DNB di Asia.

Dalam beberapa tahun terakhir, DNB di Asia telah meningkatkan pengeluaran mereka untuk teknologi, termasuk komputasi cloud dan API. Menurut laporan IDC, pada tahun 2026, total pengeluaran teknologi dari sektor DNB diperkirakan mencapai $128,9 miliar, dengan 37,3% dari anggaran tersebut dialokasikan untuk layanan berbasis cloud. Pertumbuhan pesat ini tidak hanya membuka peluang, tetapi juga menambah kompleksitas dalam pengelolaan risiko keamanan.

Penerapan cloud secara besar-besaran memang menawarkan banyak keuntungan bagi DNB, seperti fleksibilitas dan kemampuan untuk melakukan skalabilitas dengan cepat. Namun, di balik keuntungan tersebut, terdapat peningkatan risiko keamanan yang signifikan. Berdasarkan survei Akamai, 74% DNB telah bermigrasi sepenuhnya ke cloud atau sedang dalam proses adopsi teknologi cloud. Namun, sekitar 75% responden merasa bahwa keamanan infrastruktur cloud mereka masih jauh dari optimal. Masalah keamanan ini menjadi tantangan terbesar bagi DNB, terutama ketika mereka harus mengelola infrastruktur TI yang semakin kompleks.

Contoh menarik dari pergeseran ini bisa dilihat di negara-negara seperti Australia, Selandia Baru, dan India. Di Australia dan Selandia Baru, 97% responden menyatakan sedang mengadopsi atau menjajaki adopsi cloud, menunjukkan betapa pentingnya teknologi ini bagi bisnis mereka. Di India, adopsi cloud telah mencapai puncaknya dengan 98% DNB di negara tersebut mengintegrasikan AI dalam infrastruktur cloud mereka. India juga menjadi negara dengan fokus keamanan yang tinggi, di mana DNB di sana lebih memprioritaskan kinerja vendor daripada biaya atau faktor geografis lainnya.

DNB Fokus untuk Keamanan Siber

Namun, permasalahan utama bagi DNB di seluruh Asia adalah bagaimana memastikan keamanan ketika mereka terus mempercepat adopsi teknologi. Studi ini mengungkapkan bahwa 44% responden mengakui bahwa mereka kesulitan untuk memperkuat postur keamanan mereka karena infrastruktur TI yang semakin kompleks. Selain itu, penggunaan API yang meluas di kalangan DNB juga meningkatkan risiko serangan siber, termasuk phishing, penyusupan akun, dan ransomware. Ancaman-ancaman ini membuat DNB semakin fokus pada pengamanan API mereka. 9 dari 10 DNB menyatakan bahwa keamanan API adalah faktor yang sangat penting dalam mengevaluasi penyedia layanan cloud atau keamanan.

Di kawasan ASEAN, taktik phishing menjadi masalah utama yang dihadapi DNB. Phishing yang dulunya terbatas pada serangan berbasis email, kini sudah berkembang ke perangkat seluler dan platform media sosial. Hal ini memaksa DNB untuk berinvestasi lebih besar dalam teknologi anti-phishing dibandingkan wilayah lain di Asia-Pasifik dan Jepang (APJ).

Dalam menghadapi tantangan keamanan yang kian meningkat, DNB di Asia semakin menyadari pentingnya memiliki pendekatan yang tepat untuk memaksimalkan potensi cloud mereka. Mereka harus bekerja sama dengan mitra teknologi yang dapat membantu mereka mengidentifikasi celah-celah keamanan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku serangan siber. Selain itu, DNB juga harus menerapkan audit keamanan API secara berkala dan memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diambil sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.

Teknologi cloud dan layanan berbasis API kini telah menjadi tulang punggung bisnis digital modern di Asia. Namun, untuk dapat terus berkembang dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, DNB harus mampu mengatasi tantangan keamanan yang ada. Dengan dukungan dari mitra teknologi yang tepat, DNB di Asia dapat memperkuat postur keamanan mereka dan memastikan bahwa mereka siap menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks di masa depan.

Bagikan Berita :