Canon Hadirkan Carry On – Stories In The Time of Corona
Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digitalnya di Indonesia menghadirkan “Carry On – Stories In The Time of Corona”. Ini adalah, serial dokumenter yang terdiri dari enam episode. Isinya menceritakan tentang kisah para sosok pekerja yang berjuang di masa pandemi dengan segala keterbatasan mereka. Kisah ini diharapkan mampu menginspirasi masyarakat untuk jangan mudah menyerah dengan keadaan.
Karya garapan salah satu EOS Creator Indonesia, Reyhan Aliy, seorang fotografer dan videografer profesional sekaligus founder of Carito Films Creative House, ini menceritakan tentang kondisi para pekerja yang ada di sekitar kita dengan melihat segala ciri khas tokoh di dalamnya, serta pelajaran tentang bagaimana cara mereka untuk tetap bertahan di tengah pandemi. Dengan penggambaran biografi, dokumenter ini ingin menjadi media motivasi dan inspirasi berharga bagi penontonnya.
“Tidak mudah mengangkat tema kehidupan ini karena banyak kisah pilu yang diceritakan. Namun, kami melihat kondisi ini justru menjadi satu titik balik bagi semua orang untuk bisa bangkit dari semua keterbatasan. Karena pandemi dirasakan oleh semua orang, tidak memandang dari tingkat sosial, gender dan usia. Kami harap film seri dokumenter ini dapat menginspirasi dan menyampaikan pesan kepada penonton di Indonesia untuk tetap bangkit,” ujar Monica Aryasetiawan – Canon Business Unit Director pt. Datascrip.
Film seri dokumenter ini terdiri dari 6 episode dengan latar belakang profesi dan kisah hidup yang berbeda-beda tiap episodenya.
Episode 1 “Bulanan jadi Harian”
Episode ini menceritakan sosok bernama Hidayat. Ia merupakan seorang mantan pegawai di perusahaan percetakan yang di-PHK karena omset perusahaannya yang terus merugi. Meski begitu, Hidayat tak patah semangat. Ia tetap berjuang dan terus berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari bekerja sebagai kuli serabutan hingga supir ojek online.
Episode 2 “Geladi dari Kamar”
Kali ini menceritakan seorang aktor teater yang mendadak kehilangan panggung ketika pandemi Covid 19. Ini membuat sang aktor harus memutar otak untuk mencari penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhannya. Muhammad Afrizal merasakan hobi dan finansial sama-sama jatuh menggelinding. Dikejar dengan sisa tenaga. Namun setelahnya, hal itu menjadi rutinitas keseharian. Tidak ada katarsis, tidak ada opsi, tidak ada jaminan kapan kehormatan panggung dapat direbut kembali. Di episode ini adalah apresiasi penghormatan dari Canon Indonesia untuk pelaku kesenian
Episode 3 “Guru Selamanya”
Episode yang mengisahkan tentang seorang guru honorer yang berlokasi di Cikalongkulon bernama Deni yang tak kenal lelah mengajarkan pada muridnya berbagai pelajaran hidup. Kesederhanaan dan ketulusan untuk tetap berjuang di tengah keterbatasan yang ada. Apresiasi kehormatan dari Canon untuk seluruh guru di Indonesia dengan perjuangan tanpa lelah, sekaligus pada setiap murid dan wali murid yang memperjuangkan pendidikan dari keterbatasannya masing-masing. Peka pada posisi, Tut Wuri Handayani.
Episode 4 “Perawat Sejak Pikiran”
Di sini bercerita tentang Minola Rivai atau biasa dipanggil Mimi, seorang ibu dua anak yang berprofesi sebagai perawat untuk pasien rawat rumah (homecare) yang juga melayani pengetesan rapid-antigen. Mimi bercerita tentang bagaimana dirinya berhadapan dengan situasi pandemi Covid-19, mulai dari dilematis memilih antara pengabdian menjadi seorang perawat atau keluarga sendiri, hingga pengalaman unik para pasien positif Covid-19 yang ia rawat untuk sehat kembali. Ini adalah apresiasi kehormatan dan ucapan terimakasih dari Canon Indonesia kepada seluruh tenaga kesehatan yang berjuang demi kemanusiaan.
Episode 5 “Jadi Ayah Sepenuhnya”
Episode yang bercerita tentang Muhammad Hamidun atau Dudun yang berprofesi sebagai Wedding Photographer dan baru saja diberkahi seorang anak. Ketika Covid-19 menyerang, seketika ia kehilangan order pekerjaan karena dilarangnya acara resepsi pernikahan, perannya sebagai ayah dipertaruhkan, hingga akhirnya ia beralih menjadi penjual produk makanan demi bisa bertahan hidup dibantu oleh istrinya.
Episode 6 “Goyang Tulang Punggung”
Menceritakan kisah Nia Izzati, seorang biduan dangdut sekaligus ibu dua anak. Ia harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai dari makan, hingga kebutuhan lainnya tanpa didampingi oleh suami. Namun, keadaan berubah saat pandemi Covid-19 datang dan membuatnya berhenti dari profesi tersebut yang merupakan sumber pendapatan utama karena sepinya permintaan untuk tampil. Demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya, Nia pun rela bekerja apa saja, mulai dari supir, pelayan cafe hingga kurir jualan online. Episode ini adalah apresiasi kehormatan dari Canon Indonesia kepada seluruh ibu dan kepala keluarga dalam memperjuangkan anak untuk mencapai cita-citanya.
Produksi seri dokumenter ini seluruhnya menggunakan perangkat kamera Canon EOS R6, kamera mirrorless full-frame. Kamera ini dibekali fitur dan teknologi mutakhir yang mendukung perekaman video untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi.