Lewat Qasir, Usahawan Mikro Kini Bisa Akses Pendanaan P2P lending
Dukungan permodalan bagi UMKM makin gencar diupayakan oleh pemerintah di tengah pandemi. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa kredit UMKM di Juni 2021 tumbuh 1,9% yoy menjadi Rp 1.035,2 triliun. Hasil ini lebih baik pada Mei 2021 yang tumbuh 0,5% yoy menjadi Rp 1.024,4 triliun. Selanjutnya, BI turut berencana meningkatkan penyaluran kredit ke UMKM dari 20% menjadi 30% dari total portofolio kredit. Regulator akan memberikan relaksasi dengan membuka kerja sama dengan pelaku fintech ataupun pembiayaan lainnya. Contohnya seperti pegadaian. Hal ini untuk semakin meningkatkan dukungan permodalan bagi UMKM dan usahawan mikro.
Merespon upaya pemerintah dukung permodalan bagi UMKM, salah satu startup Point of Sales (POS) asli Indonesia, Qasir, kini jajaki kerja sama dengan KoinWorks dan sejumlah perusahaan fintech lainnya. Penjajakan ini guna memberikan alternatif pembiayaan modal usaha kepada para usahawan di ekosistem miliknya. Hal ini dirasa perlu sebab masih banyak usahawan mikro yang belum terinformasi akan opsi pendanaan dari P2P Lending. Termasuk mekanisme pengajuan dan lainnya.
Adapun, mekanisme pemberian bantuan permodalan yang digunakan adalah PO financing, atau invoice financing. Dengan sistem ini merchant dapat mendaftarkan usahanya, proyek yang sedang dikerjakan, dan menyertakan bukti PO/invoice yang harus dibayarkan.
CEO Office Qasir Ivan Hadwin Rarumangkay menyebutkan, langkah ini dibuat sesederhana mungkin karena pihaknya memahami kesulitan usahawan mikro tidak hanya terletak dari administratif, tapi juga tantangan secara literasi digital. “Kami tidak ingin mempersulit merchant-merchant mikro dengan proses kompleks. Melalui pengajuan via Qasir, tim kami akan kelola data merchant dan mengolahnya secara terintegrasi. Hasilnya, data transaksi merchant akan jadi acuan KoinWorks untuk menetapkan plafon maksimal pembiayaan dana,” tutur Ivan.
Selaku pengusul proyek, Ivan juga menyebut bahwa pengajuan melalui Qasir setidaknya memangkas tahapan administratif cukup signifikan, dibanding melakukan pengajuan secara terpisah. “Apalagi jika usahawan belum familiar dengan konsep Peer to Peer (P2P) Lending, memilih platform saja sudah makan waktu, belum lagi pemahaman cara kerjanya. Dari sini kami sadar, perlu ada penengah agar setiap usahawan punya kesempatan yang sama untuk mendapat modal usaha. Setidaknya, melalui analisis sampling dari kami, rekap transaksi bulanan merchant akan kami olah secara otomatis dan secara angka, akan jadi bukti kemampuan finansial usahawan. Jika diilustrasikan, proses yang biasanya butuh 10 tahap, kini bisa menyusut sampai 5 tahap saja,” tambahnya.
Proses akan menjadi lebih sederhana lagi jika merchant memanfaatkan fasilitas pembayaran digital QRIS–yang ada di aplikasi Qasir–pada setiap transaksinya. Dengan menggunakan transaksi digital, maka secara otomatis transaksi tersebut tervalidasi sebagai transaksi yang real. Dengan begitu, kesempatan merchant untuk mendapatkan pembiayaan pun semakin besar.
Saat ini, pengajuan pembiayaan dana ke peer to peer (P2P) lending melalui Qasir masih berupa pilot project. Ivan menyebut sosialisasi tahap awal dibuka ke 350 merchant. “Kami seleksi dulu merchant yang punya kapasitas finansial baik, selanjutnya kami buka untuk 8.000 merchant dengan konsentrasi awal di Pulau Jawa,” ujarnya.
Terkait soal keamanan, CEO Qasir Michael Williem menambahkan proyek ini telah melalui tahap evaluasi keamanan yang berlapis untuk memastikan data merchant selalu aman. “Tidak bisa dipungkiri salah satu kekhawatiran merchant yang masih ragu mencoba pembiayaan digital adalah keamanan data transaksi, aliran modal ke borrower dan lender-nya. Untuk itu, secara internal, kami menggunakan VPN khusus yang sifatnya closed platform,” katanya.
Merchant Qasir yang Terus Bertambah
Adapun untuk menjamin perolehan dana digunakan secara tepat, pembayaran PO dan invoice akan langsung dilakukan ke penerbit, bukan ke merchant yang mengajukan. “Jadi sifatnya bukan kami berikan uang cash, tapi PO atau invoice mereka yang nanti dibayarkan dan usahawan akan membayar secara lumpsum atau cicilan,” kata pria yang akrab disapa Mike ini.
Saat ini, tercatat merchant Qasir terus mengalami kenaikan. Per bulan Juli 2021, tercatat aplikasi Qasir diunduh sebanyak 740,000 user, dimana dari 233,000 merupakan active user dengan total transaksi sebanyak 177 juta kali. Dari jumlah tersebut, Qasir mencatat total nilai transaksi sebesar Rp 14,2 triliun.
Berdasarkan data dari Qasir, rata-rata merchant mulai membutuhkan tambahan modal usaha ketika berada pada fase bisnis tertentu. Pertama, kebutuhan membuka cabang. Biasanya, merchant punya basis pelanggan besar dan dituntut untuk bisa lebih dekat dengan area konsumennya. Kedua, tambahan inventaris. Semakin bertambah variasi produk biasanya membuat usahawan mempertimbangkan kepemilikan aset-aset baru untuk menunjang produktivitasnya. Ketiga, stabilitas arus kas. Faktor eksternal yang datangnya tidak kenal waktu, seperti pandemi, bisa membuat bisnis goyah dalam hitungan hari. Memiliki pegangan kas adalah strategi usahawan untuk memastikan bisnisnya punya cadangan tenaga sampai kondisi ekonomi kembali pulih.