Sektor Retail dan Makanan Cepat Saji Dorong Pertumbuhan GapMaps di Indonesia
GapMaps, perusahaan spesialis software pemetaan berbasis cloud dari Australia yang membantu berbagai organisasi dengan penyediaan strategi jaringan dan perencanaan informasi lokasi, terus memperluas kehadiran internasional mereka. Kini GapMaps telah menjangkau 21 negara termasuk Indonesia. Di Indonesia, GapMaps melihat saluran pengiriman makanan cepat saji mengalami pertumbuhan yang kuat. Sehingga menciptakan permintaan akan data dan wawasan. Ini memungkinkan para brand untuk melakukan perencanaan yang lebih baik dan menangkap potensi pasar yang berkembang.
“Sejak 2018, kami telah menambahkan lima pasar baru setiap tahun. Kami memperoleh pertumbuhan pendapatan dua digit dari tahun ke tahun (year-on-year),” kata Anthony Villanti, Managing Director dan Founder GapMaps.
“Pertumbuhan tersebut kami alami berkat kemudahan penggunaan dan kecanggihan software pemetaan kami. GapMaps menggunakan data demografi, pemerintah, dan industri termutakhir. Hal ini untuk membantu klien memilih toko fisik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka.
“Saat ini, terdapat sekitar 500 brand yang menggunakan GapMaps dalam sektor-sektor yang membutuhkan lokasi fisik. Misalnya seperti pusat kebugaran, stasiun pengisian bahan bakar, toko bahan makanan, restoran cepat saji, pusat perbelanjaan, dan toko serba ada,” tambah Anthony.
Tim Shaw, Director Market Planning GapMaps, mengatakan, “Beberapa brand global yang merupakan klien kami yang berasal dari Australia menganjurkan agar kami memasuki pasar yang baru. Ini supaya mereka dapat menggunakan GapMaps di luar negeri. Hal tersebut adalah salah satu alasan utama ketika kami memutuskan perluasan bisnis.”
Saat Indonesia mengurangi pembatasan COVID-19 secara bertahap. GapMaps mengamati dan memantau adanya peningkatan aktivitas pejalan kaki di pusat keramaian, perbelanjaan, dan kawasan ritel lainnya.
“Terdapat variabilitas yang menarik dalam proses pemulihan COVID-19,” tambah Tim. “Kami mengira akan terdapat variabilitas antar negara yang disebabkan oleh perbedaan pembatasan lockdown dan saat pembatasan tersebut dilonggarkan atau dihapus. Alih-alih, kami melihat variasi signifikan dalam kecepatan pemulihan – antara pusat perbelanjaan baik besar, kecil, maupun kawasan pusat. Ada sebuah inkonsistensi di pusat-pusat kota besar bila dibandingkan dengan pusat-pusat perkotaan dan area yang lebih kecil.”
Tim juga berujar bahwa kemampuan para brand untuk mengakses wawasan informasi tersebut memungkinkan mereka untuk mengelola jaringan toko fisik secara lebih efektif. Terutama selama proses pemulihan pandemi. Serta untuk merencanakan standar bisnis ‘new normal’ di dunia pasca-pandemi.
Klien-klien GapMaps yang berkontribusi terhadap pertumbuhan internasional adalah brand seperti Domino, KFC, Starbucks, Burger King, Subway, dan McDonalds. Eat’n’Go, pemegang waralaba untuk Domino’s, Cold Stone dan Pinkberry di Kenya dan Nigeria, memanfaatkan wawasan data yang disediakan oleh GapMaps.
“GapMaps memiliki kemampuan unik untuk menciptakan wawasan dan data informasi lokasi yang berkualitas di beberapa negara yang sangat sulit mendapatkan akses terhadap data,” kata Pat McMichael, Group Managing Director dan CEO Eat’n’Go.
“Kualitas data dan platform mereka yang mudah digunakan telah memungkinkan saya untuk memperkenalkan pasar kelas dunia dan proses perencanaan jaringan ke bisnis-bisnis di mana proses yang mereka terapkan sebelumnya cukup sederhana.”
Strategi Pertumbuhan
“Selain itu, ketika GapMaps melihat peluang pertumbuhan yang signifikan di suatu tempat, kami secara proaktif memasuki pasar dan membangun basis klien lokal,” tambah Tim. “Kombinasi tersebut telah terbukti sebagai sebuah strategi pertumbuhan bisnis yang baik.”
“Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, restoran cepat saji adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan paling pesat. Meskipun pertumbuhan populasi telah melambat selama beberapa tahun terakhir, tingkat pertumbuhan konsumen telah mencapai empat kali lipat dari tingkat pertumbuhan populasi keseluruhan, yang mendorong investasi brand global pada kawasan toko dan perbelanjaan.”
Akses ke data demografis di beberapa pasar merupakan tantangan tersendiri. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan pada data sensus berusia lebih dari satu dekade. Data tersebut sering kali bersifat terlalu luas dan kurang sesuai untuk analisis area tangkapan lokal untuk mendukung keputusan terkait lokasi.
“Dengan GapMaps, kami dapat menganalisis perbedaan data demografis, industri, dan pemerintah lokal untuk menghasilkan wawasan terperinci, sering kali meneliti hingga petak sebesar 100 – 250 meter untuk menentukan area tangkapan toko yang optimal,” kata Tim. “Hal tersebut memberi para pelanggan proses dan pengalaman perencanaan pasar yang sama dengan yang GapMaps gunakan di Australia.”
Ekspansi Sektor
“Selain ritel, GapMaps akan berkembang ke beberapa sektor utama lain yang telah mereka dukung di Australia. Misalnya seperti panti jompo, medis dan kesehatan. Hal ini karena data di negara-negara internasional telah dapat diakses dengan lebih mudah,” tambah Tim. “Untuk saat ini fokus kami di Indonesia adalah pada sektor ritel dan pengiriman makanan. Di sini kami dapat memberikan nilai tambah langsung bagi klien kami.”
“Meskipun pandemi telah memengaruhi kategori ritel seperti makanan dan perhotelan, telah tercipta pula sebuah lingkungan di mana brand global dan lokal menggunakan waktu tersebut untuk mengatur ulang, memikirkan kembali, dan menilai kembali strategi perencanaan jaringan dan keputusan terkait penempatan toko fisik mereka, dalam persiapan pasca-lockdown.”
Sebuah tim Penasihat GapMaps juga telah dibentuk untuk mendukung pelanggan di semua pasar. Tim tersebut, beranggotakan personel yang membangun platform GapMaps, menyediakan layanan konsultasi, analisis data mendalam, dan penelitian untuk membantu klien dengan wawasan, strategi, dan rencana bisnis baru.