Selama Pandemi, Indonesia Secara Aktif Mengadopsi Teknologi Berbasis Cloud
Indonesia secara aktif mengadopsi teknologi berbasis cloud. 77% bisnis di Indonesia saat ini telah menggunakan solusi teknologi berbasis cloud. Dan 83% percaya bahwa alat berbasis cloud membantu mereka memenuhi kebutuhan bisnis mereka selama pandemi Covid-19. Ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh Alibaba Cloud.
Lebih dari 1.000 peserta dari Hong Kong, Malaysia, Singapura, India, Indonesia, dan Filipina berpartisipasi pada survei ini. Survei sendiri dilakukan pada akhir tahun 2020 oleh organisasi penelitian independen. Dan hasilnya untuk memahami peran solusi cloud dan kepercayaan dalam inovasi Asia di antara komunitas bisnis.
Berdasarkan survei tersebut, 67% bisnis di Indonesia mengadopsi lebih banyak solusi TI berbasis cloud selama pandemi. Selain itu, 64% bisnis Indonesia yang disurvei melihat solusi hybrid cloud sangat penting untuk jangka panjang. Ini karena pendekatan hybrid cloud mendukung mereka dalam pemulihan bencana dan perencanaan kelangsungan bisnis.
“Kami sangat senang melihat kuatnya dan tingginya peningkatan permintaan akan adopsi cloud di Indonesia. Kami telah memperkenalkan teknologi kepemilikan cloud-native ke pasar selama beberapa tahun terakhir, seperti PolarDB, AnalyticDB, dan container. Kedepannya, kami berencana untuk memperkenalkan lebih banyak teknologi terdepan dan solusi hybrid cloud yang disesuaikan bagi pelanggan. Terutama untuk kebutuhan di berbagai industri di Indonesia. Ini untuk mempercepat tuntutan transformasi digital mereka pada tahun 2021,” ujar Leon Chen, General Manager, Alibaba Cloud Intelligence Indonesia.
Melihat peningkatan permintaan akan solusi hybrid cloud di Asia, Alibaba Cloud Indonesia mengubah strateginya pada Desember 2020. Perusahaan ini meluncurkan Program Mitra Hybrid Cloud untuk meningkatkan penawaran produknya. Tujuannya adalah untuk membantu bisnis, terutama usaha kecil dan menengah (UKM), secara digital mengubah operasi mereka dan menangkap manfaat cloud publik yang sangat elastis, dapat diskalakan, dan dapat diakses sementara pada saat yang sama untuk terus mendukung mereka dengan kebutuhan cloud pribadi mereka.
Prioritas pertimbangan vendor cloud terus berkembang
Sebelum pandemi, 77% bisnis di Indonesia melaporkan bahwa kemampuan solusi untuk berintegrasi dengan baik dengan solusi atau infrastruktur TI yang ada. Dan, kredensial keamanan (62%) merupakan dua faktor terpenting dalam keputusan memilih vendor cloud.
Setelah pandemi, kredensial keamanan tetap menjadi salah satu pertimbangan terpenting di kalangan bisnis di Indonesia. Terutama saat memutuskan untuk bermitra dengan vendor cloud (64%), mengindikasikan semakin pentingnya keamanan siber, khususnya saat perusahaan memperluas jejak digital mereka secara online.
Penyedia cloud regional menerima persepsi positif
Survei tersebut juga menemukan bahwa persepsi penyedia layanan regional berbasis cloud sangat positif. Di Indonesia, 68% merasa penyedia teknologi Asia dapat memberikan produk yang lebih baik karena pemahaman yang lebih baik tentang pola pikir Asia. Secara khusus, 57% bisnis Indonesia percaya bahwa inovasi Asia memimpin dalam fintech, termasuk pembayaran dan blockchain, sementara 49% bisnis yang disurvei di Indonesia mempercayai Asia juga memimpin dalam Internet of Things.
Memperkuat temuan ini, 73% bisnis di kawasan ini merasa yakin bahwa Asia akan menjadi penggerak ekonomi yang utama pada abad ke-21, dimana lebih dari setengahnya (65%) bisnis melaporkan bahwa mereka telah mengadopsi solusi dari penyedia di Asia.
“Sangat menggembirakan melihat tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap inovasi Asia di antara bisnis yang ada di kawasan ini. Dengan tren digitalisasi yang begitu kuat, terutama di masa pandemi, kami yakin akan ada banyak peluang baru. Terutama untuk membangun persepsi yang kuat tentang kapabilitas cloud di kawasan ini,” kata Selina Yuan, President for International Business, Alibaba Cloud Intelligence.
Survei tersebut juga menemukan bahwa persepsi penyedia layanan berbasis cloud sangat positif. Sebagian besar (84%) responden di Asia setuju bahwa penyedia layanan berbasis cloud memenuhi janji mereka. Selain itu, penyedia hyperscale cloud ditemukan lebih disukai daripada konsultan teknologi perusahaan global, mitra pihak ketiga lokal, dan tim internal oleh 43% bisnis di Asia.
Namun responden juga mengungkapkan bahwa mereka lebih percaya pada solusi cloud MNC (Multi-National Company) dibandingkan dengan solusi regional. Hasil ini menunjukkan bahwa penyedia layanan cloud Asia masih memiliki hambatan yang harus diatasi jika mereka ingin mewujudkan potensi penuh digitalisasi di wilayah tersebut.