ShopeePay Talk, Begini Memilih Rekan Bisnis untuk Tingkatkan Usaha
Di tengah geliat industri bisnis yang mulai berangsur pulih, ShopeePay Talk, sebuah platform diskusi interaktif bulanan yang diinisiasi oleh ShopeePay untuk membahas berbagai topik ringan, trendy dan insightful, kembali hadir mengangkat salah satu topik yang fundamental dan krusial di fase awal merintis bisnis, yaitu memilih rekan bisnis. Mengusung tema Selektif Pilih Teman Dagang, Bisnis Makin Langgeng, dua pebisnis inspiratif Irvan Helmi, Co-founder dan Director of Anomali Coffee & Pipiltin Cocoa dan Helga Angelina, Co-founder dan CEO Burgreens & Green Rebel berbagi kisah mengenai lika-liku membangun bisnis bersama serta faktor penting apa saja yang perlu diperhatikan saat memilih rekan bisnis. Selain itu, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, sebagai seorang pakar di bidang psikiatri juga turut memaparkan strategi memilih rekan bisnis. Mulai dari sisi psikologi agar dapat menjalankan hubungan bisnis jangka panjang.
“Kami menyadari bahwa fase awal membangun sebuah bisnis membutuhkan persiapan yang sangat kompleks. Untuk itu, menggandeng rekan bisnis dapat menjadi salah satu solusi efektif karena sinergi dari beberapa individu sekaligus dapat membantu meningkatkan efektivitas setiap proses yang ada di dalamnya. Namun, sama halnya dengan mempersiapkan modal dan strategi bisnis, memilih rekan bisnis yang tepat juga bukan perkara mudah dan butuh persiapan yang matang. Sejalan dengan komitmen kami untuk bertumbuh bersama bisnis dari berbagai sektor, ShopeePay Talk kali ini menghadirkan pandangan holistik seputar strategi mencari dan menjaga komunikasi yang sehat dengan rekan bisnis,” tutur Eka Nilam Dari, Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay.
Membangun bisnis bersama rekan yang tepat memang dapat mengakselerasi performa sebuah bisnis. Karena kehadiran individu lain di dalam bisnis dapat memperluas perspektif, menambah teman bertukar pikiran, menyeimbangkan beban pekerjaan, hingga sinergi modal usaha. Setiap individu pastinya memiliki kebebasan untuk memilih rekan bisnisnya. Baik bersama orang yang baru dikenal, teman dekat, pasangan, bahkan keluarga sekalipun. Namun, terlepas dari status hubungan yang telah dibangun dengan rekan bisnis tersebut, penilaian awal saat memilih rekan bisnis harus tetap dilakukan secara objektif agar tidak menimbulkan penilaian yang bias.
Bercermin dari kisah Irvan Helmi yang membangun Anomali Coffee bersama sahabatnya sejak SMA dan Pipiltin Cocoa bersama sang kakak, serta Helga Angelina yang mendirikan Burgreens bersama kekasih yang kini telah menjadi suaminya, berikut adalah beberapa kriteria utama yang dapat dipertimbangkan dalam memilih rekan bisnis:
Keterampilan berbeda, tujuan tetap sama
Salah satu fondasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan bisnis bersama rekan dapat mulai dibangun dengan mencari rekan bisnis yang memiliki keterampilan berbeda. Pada dasarnya setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keterampilan berbeda dapat membantu para pemilik bisnis untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. Terutama dalam mendorong perkembangan bisnis.
Irvan Helmi, Co-Founder and Director of Anomali Coffee & Pipiltin Cocoa mengungkapkan, “Memilih rekan bisnis bukan hanya sekadar berlandaskan alasan sudah kenal baik sejak lama. Meskipun saya memilih menjadikan sahabat lama dan kakak saya sendiri sebagai rekan bisnis, saya tidak pernah mengenyampingkan kriteria utama. Yaitu yaitu adanya perbedaan keterampilan untuk saling melengkapi. Di Anomali Coffee, saya lebih fokus menangani hal yang berhubungan dengan marketing dan kualitas produk. Sedangkan rekan saya, Agam, menangani keuangan bisnis dan strategi bisnis secara garis besar. Alhasil, saya banyak belajar dari Agam tentang strategi menjalankan bisnis. Dan pengalaman tersebut saya terapkan saat saya membangun Pipiltin Cocoa bersama kakak saya. Sedangkan, kakak saya yang memang lebih mahir di bidang marketing lebih fokus menangani strategi marketing Pipiltin Cocoa. Perbedaan keterampilan inilah yang dapat menjadi sebuah nilai tambah. Ini membuat kami memiliki perspektif yang lebih luas dalam mencapai tujuan bisnis.”
Berkomitmen kuat dan mengutamakan profesionalitas
Selain keterampilan, rekan bisnis juga pastinya harus mengemban komitmen yang kuat. Sehingga tiap individu yang terlibat di dalamnya bersedia mengenyampingkan keakuan. Mereka juga bisa fokus memberikan 100% usahanya untuk mencapai tujuan bisnis yang telah dirancang bersama.
“Bisnis merupakan usaha jangka panjang yang harus terus diupayakan. Ketika memutuskan untuk membangun Burgreens bersama Max, sekalipun Max merupakan pacar saya pada saat itu, namun kami menyepakati beberapa hal mendasar yang dituangkan ke dalam perjanjian kerja sama yang sah. Dengan begitu, kami bisa menjaga profesionalitas. Tentunya berbekal komitmen yang telah kami tentukan bersama. Dan tidak lagi membawa status ‘teman’, ‘pacar’, atau ‘saudara’, tetapi semua dilakukan atas kelangsungan bisnis dan tujuan bersama. Bagi saya, memilih rekan bisnis yang mau dan mampu memegang teguh komitmen dapat membantu kita dalam mendorong pertumbuhan bisnis,” ujar Helga Angelina, Co-founder dan CEO Burgreens & Green Rebel.
Memiliki nilai-nilai kehidupan yang sama
Setiap orang memiliki nilai-nilai kehidupan yang mereka pegang teguh dalam menjalani kehidupan. Penting bagi pelaku bisnis untuk memahami nilai-nilai hidup yang dipegang teguh oleh rekan bisnis mereka. Memiliki beberapa nilai kehidupan yang sama dapat membantu mereka saling memahami dan menciptakan hubungan bisnis yang lebih langgeng.
“Kepribadian setiap orang memang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, perbedaan tersebut dapat disatukan dengan nilai-nilai kehidupan yang mereka pegang teguh. Kedua individu atau lebih dapat dikatakan cocok satu sama lain untuk menjalin hubungan bisnis jangka panjang apabila mereka memegang beberapa nilai-nilai kehidupan yang saling beririsan. Misalnya, kedua individu ini sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran. Maka mereka pun akan cenderung menjalankan bisnis dengan saling terbuka dan jujur dalam berkomunikasi. Setiap individu yang memegang beberapa nilai kehidupan yang sama akan lebih mudah untuk saling memahami. Mereka juga saling berempati satu sama lain sehingga dapat lebih bijak saat menghadapi konflik bersama,” tutup dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ., sebagai seorang psikiater.