Studi SEANUTS II Buktikan Bahwa Masih Banyak Anak Indonesia Berperawakan Pendek
Di tengah kesadaran yang semakin tinggi tentang pentingnya gizi bagi tubuh, ternyata masih banyak ditemukan anak-anak Indonesia yang berperawakan pendek. Hal ini terbukti dari hasil studi yang dilakukan South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) II yang baru saja diumumkan. Masalah anak berperawakan pendek akibat kekurangan gizi ini (Stunting) banyak ditemukan di wilayah Jawa-Sumatra. Jadi, masih menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak untuk mengedukasi banyak orangtua tentang asupan gizi untuk tumbuh kembang anak.
Indonesia sendiri termasuk negara yang disurvei oleh SEANUTS, bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dan tiga negara lainnya juga ditemukan masalah yang sama, masih kurang asupan gizi bagi anak-anak sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Situasi ini menuntut perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak untuk meningkatkan akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik, yang dibutuhkan anak-anak Indonesia mencapai tumbuh kembang yang optimal dengan pendekatan pada perilaku dan gaya hidup sehat juga aktif.
“Kami harapkan data temuan yang dihasilkan dari SEANUTS II dapat menjadi acuan tenaga medis, pemerintah, bahkan orang tua, untuk menanggulangi masalah malnutrisi di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa permasalahan stunted atau perawakan pendek, anemia, asupan makanan, aktivitas fisik anak dan kebugaran jasmani terkait kesehatan, perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Saatnya meningkatkan ketahanan pangan dan ketersediaan makanan yang bisa memberikan asupan gizi yang seimbang, agar anak meningkatkan akses kepada sumber gizi yang sehat dan tumbuh kembangnya berlangsung dengan optimal,” ujar Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Peneliti Utama SEANUTS II di Indonesia dan Guru Besar di Fakultas Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 21/06.2022.
Salah satu hasil utama dari SEANUTS II di Indonesia adalah kasus stunted yang masih banyak ditemukan pada anak-anak di wilayah Jawa-Sumatera, dengan prevalensi sebesar 28,4 persen. Ini artinya, satu di antara 3,5 anak berperawakan pendek. Adapun prevalensi anemia adalah 25,8 persen pada anak di bawah 5 tahun. Sementara itu, hampir 15 persen anak usia 7–12 tahun memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.
Temuan survei juga menunjukkan bahwa pada anak balita masih ditemukan asupan zat gizi serat, kalsium, zat besi, vitamin C, dan vitamin D yang tidak memenuhi rekomendasi ahli gizi. Hal ini membuat masalah stuntedm anemia, asupan nutrisi, aktivitas fisik, pola tidur, dan kebugaran jasmani pada anak Indonesia masih membutuhkan perhatian yang sangat besar. Apalagi temuan SEANUTS II ini bisa menjadi acuan untuk memperbaiki situasi yang muncul akibat dampak pandemi Covid-19.
Di Indonesia, FrieslandCampina melalui Frisian Flag Indonesia mulai melakukan studi SEANUTS II, pada 2019. Studi ini dilakukan di 21 kabupaten/kota di 15 provinsi dan melibatkan sekitar 25 tenaga dokter, ahli gizi, ahli kesehatan masyarakat, dan ahli olahraga. Bekerja sama dengan lembaga penelitian dan sejumlah universitas di Indonesia, SEANUTS II melakukan penelitian terhadap sekitar 3.000 anak dengan rentang usia antara 6 bulan sampai 12 tahun.
Dan, hasil penelitian SEANUTS II ini menunjukkan adanya urgensi yang besar untuk memitigasi permasalahan gizi dengan langkah-langkah kolaboratif dan kebijakan yang strategis. Tujuannya untuk memberikan anak-anak Indonesia akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik dan menurunkan angka malnutrisi serta permasalahan gizi anak lainnya.
“Frisian Flag Indonesia sebagai bagian dari FrieslandCampina, dengan bangga mempersembahkan hasil SEANUTS II kepada keluarga Indonesia dan pemangku kepentingan terkait. Kami berharap SEANUTS II dapat menjadi data komplementer bagi data nasional yang ada, dan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah, akademisi, pemangku kepentingan dan semua pihak yang terkait sebagai basis data pembuatan program intervensi ataupun perumusan kebijakan terkait peningkatan status gizi generasi bangsa,” ujar Andrew F Saputro, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia.
“Studi SEANUTS semakin menguatkan tekad Frisian Flag Indonesia untuk terus melakukan berbagai inovasi produk, program intervensi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan akan kesehatan umum dan literasi gizi. Pada tahun 2013, studi SEANUTS I menjadi latarbelakang lahirnya program Gerakan Nusantara atau program edukasi gizi anak sekolah yang hingga kini telah menjangkau lebih dari 2,5 juta anak sekolah dasar di berbagai pelosok sekolah di tanah air. Serta untuk inovasi, kami telah meluncurkan berbagai produk susu keluarga dan pertumbuhan yang tepat gizi dengan harga terjangkau.” tutup Andrew.